Klaim RFK Jr: Anak Laki-Laki yang Disunat Berisiko Lebih Tinggi Mengalami Autisme. Inilah Kata Bukti Ilmiah Menteri Kesehatan Amerika Serikat Robert F. Kennedy Jr. kembali membuat pernyataan kontroversial mengenai penyebab autisme. Kali ini, dia mengklaim adanya hubungan antara sunat pada bayi dan autisme pada anak laki-laki. Klaim ini muncul ketika dia mencoba menegaskan kembali teorinya yang telah lama ada dan tidak didukung secara ilmiah tentang obat pereda nyeri Tylenol (acetaminophen) dan autisme. Lebih jauh lagi, dia memicu kontroversi dengan menyatakan bahwa kebencian politik terhadap Presiden Donald Trump menyebabkan perempuan secara “tidak bertanggung jawab” membahayakan kehamilan mereka. Para ahli medis secara luas mengkritik pernyataan-pernyataan ini karena hanya berdasarkan korelasi, bukan kausalitas, dan tidak memiliki validitas ilmiah yang kuat. Memahami Klaim Sunat dan Autisme dari RFK Jr Robert F. Kennedy Jr. telah membuat klaim baru yang mengejutkan tentang autisme. Kali ini, dia menyatakan ada hubungan antara sunat dini dan autisme pada anak laki-laki. RFK Jr. tidak meninggalkan klaimnya terhadap Tylenol, melainkan menggunakan pernyataan baru ini untuk mendukung teori sebelumnya. Dia mengatakan bahwa anak laki-laki yang menjalani sunat lebih mungkin mengembangkan autisme karena mereka diberikan Tylenol untuk mengelola rasa sakit dari prosedur tersebut. Menurut klaimnya, anak laki-laki yang disunat saat bayi memiliki tingkat autisme dua kali lipat lebih tinggi. Dasar dari pernyataan ini tampaknya adalah sebuah penelitian tahun 2015 yang diterbitkan dalam Journal of the Royal Society of Medicine. Studi ini, yang mengamati anak laki-laki Denmark, memang menemukan korelasi antara sunat ritual dan risiko Autism Spectrum Disorder (ASD) yang lebih tinggi. Namun, para peneliti dalam studi tersebut dengan jelas mencatat bahwa mereka tidak memiliki data tentang penggunaan obat pereda nyeri atau anestesi, dan karena itu tidak dapat mengatasi apakah Tylenol merupakan faktor penyebab. Lebih lanjut, peneliti lain dan badan medis mencatat bahwa studi tersebut hanya menunjukkan korelasi, bukan hubungan kausal, dan banyak penelitian lain tidak menemukan bukti untuk mendukung hubungan antara sunat dan autisme. Yang menjadi masalah utama di sini adalah bagaimana Kennedy mengubah temuan korelasional menjadi klaim kausal yang definitif tanpa bukti medis yang memadai. Dengan memperkenalkan Tylenol sebagai mekanisme langsung yang menghubungkan sunat dengan autisme, dia melompat dari “ada korelasi statistik” menjadi “ini adalah penyebab pasti” – sebuah lompatan logika yang tidak didukung oleh bukti ilmiah yang ada. Komunitas medis internasional telah berulang kali menekankan bahwa korelasi tidak sama dengan kausalitas, dan banyak faktor lain yang dapat menjelaskan pola statistik yang diamati dalam penelitian Denmark tersebut. Hubungan dengan Teori Tylenol yang Telah Lama Dipromosikan Klaim tentang sunat bukanlah teori yang berdiri sendiri; ini adalah perpanjangan dari klaim RFK Jr. yang sudah lama dipromosikan namun sama sekali tidak terbukti yang menghubungkan acetaminophen (Tylenol) dengan autisme. Selama bertahun-tahun, Kennedy telah menjadi salah satu tokoh publik paling terlihat yang menegaskan hubungan antara obat pereda nyeri yang banyak digunakan ini dengan gangguan perkembangan saraf. Dalam pernyataan publiknya yang paling baru, dia secara eksplisit menyatakan bahwa perempuan yang mengonsumsi Tylenol selama kehamilan, “kecuali jika mereka harus melakukannya,” sedang bersikap “tidak bertanggung jawab.” Dengan mengklaim bahwa obat pereda nyeri yang diberikan kepada bayi setelah sunat adalah penyebab peningkatan tingkat autisme, dia mencoba menetapkan dua titik utama paparan Tylenol – paparan prenatal dan manajemen nyeri neonatal – sebagai faktor risiko kunci yang saling tumpang tindih. Pendekatan ini berusaha menggunakan satu teori yang tidak terbukti (Tylenol) untuk menjelaskan korelasi yang ditemukan dalam studi yang tidak terkait (tingkat sunat), menciptakan narasi risiko yang lebih besar, tetapi masih tidak valid secara ilmiah. Strategi argumentasi seperti ini berbahaya karena menciptakan ilusi bukti yang kuat dengan menumpuk klaim-klaim yang masing-masing tidak memiliki dasar ilmiah yang solid. Para ahli kesehatan masyarakat dan pediatri telah berkali-kali menjelaskan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang kredibel yang mendukung hubungan antara penggunaan acetaminophen dan perkembangan autisme. Berbagai penelitian besar yang dirancang dengan baik telah dilakukan untuk menguji hipotesis ini, dan tidak ada yang menemukan hubungan kausal yang dapat diverifikasi. Namun, Kennedy terus mempromosikan teori ini meskipun ada penolakan berulang dari komunitas ilmiah dan medis internasional. Trump Derangement Syndrome, Tylenol, dan Autisme: Politisasi Kesehatan Dalam mendiskusikan teori Tylenol-nya, Kennedy memasukkan elemen politik yang mengejutkan. Dia menyarankan bahwa “Trump derangement syndrome” memotivasi perilaku yang berpotensi berbahaya. Trump Derangement Syndrome (TDS) adalah istilah yang sangat polemik dan non-medis yang digunakan terutama oleh pendukung Donald Trump untuk mengkarakterisasi reaksi negatif yang intens dari para penentangnya sebagai histeria yang tidak rasional. Frasa ini menunjukkan bahwa para kritikus begitu dikonsumsi oleh kebencian terhadap Trump sehingga penilaian mereka terganggu, menyebabkan mereka meninggalkan semua logika dan alasan ketika mengevaluasi tindakan atau kebijakannya. Kennedy mengklaim bahwa TDS menyebabkan perempuan menunjukkan perilaku tertentu. Dia mengklaim telah melihat video media sosial dari seorang perempuan hamil yang “melahap Tylenol” sambil mengutuk Presiden. Dia kemudian menyatakan bahwa tingkat kebencian politik telah “sekarang meninggalkan lanskap politik dan memasuki ranah patologi.” RFK Jr. menyarankan bahwa perempuan dengan sengaja mengambil tindakan yang ‘membahayakan’ bayi mereka yang sedang berkembang hanya karena kebencian patologis terhadap Presiden Trump. Komentar Kennedy tentang TDS dan tindakan perempuan ini penting untuk dicatat karena dua alasan utama. Pertama, ini adalah upaya untuk membingkai keputusan perawatan kesehatan dasar sebagai tindakan yang bermuatan politis dan jahat. Kedua, saat membuat klaim ini, Kennedy juga secara keliru menyebut seorang perempuan hamil memiliki bayi yang sedang berkembang “di plasentanya”. Dia mengacaukan plasenta – organ sementara yang menyediakan nutrisi – dengan rahim, bagian permanen dari sistem reproduksi perempuan di mana bayi berkembang. Kesalahan anatomis dasar ini menimbulkan pertanyaan serius tentang pemahaman Kennedy tentang biologi reproduksi dasar dan kredibilitasnya untuk membuat klaim kesehatan yang kompleks. Politisasi isu kesehatan seperti ini sangat berbahaya karena beberapa alasan. Pertama, ini mengalihkan perhatian dari fakta medis yang sebenarnya dan mengubah diskusi ilmiah menjadi pertarungan politik. Kedua, ini dapat menyebabkan perempuan hamil membuat keputusan kesehatan berdasarkan afiliasi politik mereka daripada saran medis yang sehat. Ketiga, ini merendahkan perempuan dengan menyarankan bahwa keputusan kesehatan mereka didorong oleh emosi politik yang tidak rasional daripada kepedulian yang sah terhadap kesehatan mereka sendiri dan bayi mereka. Mengapa Fokus pada ‘Solusi’ atau ‘Penyembuhan’ untuk Autisme Bermasalah Fokus Kennedy yang tak henti-hentinya untuk mengidentifikasi “penyebab” lingkungan spesifik yang dapat dihindari untuk autisme – baik melalui vaksin, Tylenol, atau sunat – dan secara implisit menawarkan jalan menuju “solusi” atau “penyembuhan” dianggap bermasalah secara luas oleh para ahli kesehatan masyarakat dan komunitas autistik karena beberapa alasan kritis. Menyebarkan Informasi Medis yang Salah Berulang kali mempromosikan klaim yang didiskreditkan atau tidak terbukti tentang produk yang banyak digunakan seperti Tylenol dan prosedur medis umum seperti sunat merusak kepercayaan publik pada pengobatan berbasis bukti. Ini dapat menyebabkan orang tua menghindari perawatan yang diperlukan – misalnya manajemen nyeri yang tepat – karena ketakutan. Pengarahan yang salah ini membuang sumber daya medis dan perhatian pada teori-teori yang telah dibantah secara menyeluruh. Ketika tokoh berpengaruh menyebarkan informasi yang salah, dampaknya bisa meluas dan bertahan lama, mempengaruhi keputusan kesehatan ribuan atau bahkan jutaan keluarga. Di Indonesia, di mana akses ke informasi kesehatan yang akurat sudah menjadi tantangan di beberapa wilayah, penyebaran informasi yang salah seperti ini bisa sangat berbahaya. Keluarga mungkin menghindari perawatan medis yang sah atau prosedur yang bermanfaat berdasarkan ketakutan yang tidak berdasar, yang pada akhirnya dapat membahayakan kesehatan dan kesejahteraan anak-anak mereka. Risiko Kebijakan dan Erosi Kepercayaan Ketika tokoh berpengaruh tinggi atau pejabat pemerintah mempromosikan klaim yang tidak berbasis bukti, ini menciptakan risiko bahwa mereka dapat mengubah kebijakan kesehatan nasional berbasis bukti. Ini mengikis kepercayaan publik pada lembaga kesehatan resmi seperti CDC dan FDA, membuatnya lebih sulit untuk mengelola krisis kesehatan masyarakat yang sebenarnya. Ketika kepercayaan pada institusi kesehatan publik merosot, kemampuan pemerintah untuk merespons secara efektif terhadap ancaman kesehatan nyata – seperti wabah penyakit menular atau krisis kesehatan lainnya – menjadi sangat terganggu. Mengabaikan Paradigma Neurodiversity Untuk komunitas advokasi autisme, pencarian abadi untuk “penyebab” untuk “menyembuhkan” autisme dipandang sebagai penolakan terhadap neurodiversity. Gerakan neurodiversity memandang autisme bukan sebagai penyakit yang harus diberantas, tetapi sebagai variasi alami dari otak manusia. Fokus intens untuk menemukan solusi menyiratkan bahwa individu autistik cacat dan perlu diubah atau dicegah, yang berkontribusi pada stigma dan menolak nilai dan perspektif individu autistik. Banyak orang dewasa autistik dan keluarga mereka telah menyuarakan bahwa mereka tidak mencari “penyembuhan” – mereka mencari penerimaan, pemahaman, dan dukungan untuk berkembang sebagaimana mereka adanya. Cara berpikir mereka yang berbeda sering membawa kekuatan unik dan perspektif berharga. Dengan terus-menerus membingkai autisme sebagai sesuatu yang perlu “dicegah” atau “disembuhkan,” kita secara tidak langsung mengirim pesan kepada individu autistik bahwa ada sesuatu yang fundamental yang salah dengan mereka, yang dapat sangat merusak harga diri dan kesehatan mental mereka. Pengalihan dari Dukungan yang Diperlukan Dengan terobsesi pada etiologi (penyebab) autisme, perhatian dan pendanaan sering dialihkan dari apa yang benar-benar dibutuhkan komunitas autistik: layanan dukungan, akomodasi, penerimaan, sumber daya kesehatan mental, dan penelitian yang difokuskan pada peningkatan kualitas hidup sepanjang rentang kehidupan. Sumber daya yang terbatas yang dialokasikan untuk penelitian dan dukungan autisme akan jauh lebih bermanfaat jika diarahkan untuk membantu individu autistik dan keluarga mereka berkembang, daripada mengejar teori penyebab yang tidak terbukti. Di Indonesia, di mana layanan untuk individu dengan autisme masih berkembang dan sering kali tidak memadai di banyak daerah, pengalihan fokus ini bisa sangat merugikan. Alih-alih fokus pada penyediaan terapi yang terbukti efektif, dukungan pendidikan, dan sumber daya keluarga, energi dan sumber daya yang berharga bisa terbuang untuk menyelidiki klaim-klaim yang tidak berdasar.
RFK Jr: Sunat Sebabkan Autisme? Ini Faktanya



